Saturday 30 October 2010

Dua orang sahabat karib sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir :



HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU.



Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, cuba untuk berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai sedar dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu:



HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU.



Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya, “Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?” Temannya sambil tersenyum menjawab, “Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, sahabat membantu kita, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak akan hilang tertiup angin.”



Cerita di atas, bagaimanapun tentu saja lebih mudah dibaca dibanding untuk diterapkan. Begitu mudahnya kita memutuskan sebuah persahabatan ‘hanya’ karena sakit hati di atas perbuatan atau perkataan yang menurut kita keterlaluan hingga menyakiti hati kita. sakitnya hati lebih perkasa untuk merosakkan dibanding begitu banyak kebaikan untuk menjaga.







“Ya Allah, balaslah kebaikan siapapun yang telah diberikannya kepada kami dengan balasan yang jauh dari yang mereka bayangkan. 

Ya Allah, ampuni kesalahan-kesalahan saudara-saudara kami yang pernah menyakiti hati kami.

”Bukankah Rasulullah pernah berkata, “Tiga hal di antara akhlak ahli surga adalah memaafkan orang yang telah menganiayamu, memberi kepada orang yang mengharamkanmu, dan berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepadamu”.



Saudara-saudaraku, mungkin aku pernah menyakiti hatimu dan kau tidak membalas, dan mungkin juga kau menyakiti hatiku karena aku pernah menyakitimu. Namun dengan izin-Nya aku berusaha memaafkanmu. Tapi yang aku takutkan kalian tidak mahu memaafkaku.

Sungguh, Saudara-saudaraku, dosa-dosaku kepada Tuhanku telah menghimpit kedua sisi tulang rusukku hingga menyesakkan dadaku.

Saudara-saudaraku, jika kalian tidak sanggup mendoakan aku agar aku ‘ada’ di hadapan-Nya, maka ikhlaskan segala kesalahan-kesalahanku. Tolong jangan kau tambahkan kehinaan pada diriku dengan mengadukan kepada Tuhan bahwa aku telah menyakiti hatimu.LIKE LA!:P

No comments:

Post a Comment